Selasa, 27 Maret 2012

Kejutan di Pulau Onrust

Siang itu aku pindah ke titik pemancingan di dermaga Pulau Onrust target ikan yang akan ku pancing kali ini adalah ikan Kakap batu atau lebih populernya para pemancing di sini menyebutnya ikan Okek.Sinar matahari tak begitu panas menyengat karena sejak pagi aku tiba di Pulau Onrust cuaca memang agak mendung,terpaan angin serta air laut yang bergelombang tak menyurutkan hasratku untuk memancing mungkin juga hasrat dari pemancing-pemancing lainnya,apalagi para pemancing ikan baronang dengan joran tegegnya, mereka begitu gigih berkeliling Pulau mencari titik-titik pemancingan.Sebelum mancing di dermaga pagi tadi aku sudah menempati salah satu sudut Pulau Onrust yang berada di sebelah barat karena air laut yang bergelombang aku sampai basah-basahan turun ke batu pemecah ombak yang berbentuk cakar ayam,umpan yang ku rangkai dengan rangkaian mancing dasar langsung di sambar oleh ikan namun sayang ikan yang ku peroleh berukuran kecil akhirnya ku lepaskan kembali.

 Karena ikan yang kuperoleh beukuran kecil aku memutuskan untuk beristirahat sejenak,termos kecil yang berisi kopi panas ku tuang ke gelas plastik aroma harum kopi langsung tercium diantara desiran angin laut, begitu nikmatnya minum kopi panas di tambah dengan sepotong roti sisir yang ku bawa dari rumah.Setelah acara sarapan usai aku turun ke laut untuk berenang kaos kaki yang pendek ku pakai agar tak terkena batu karang yang tajam,seperti sebelumnya kaki kanan ku tergores ketika aku turun ke batu pemecah ombak untuk memancing.Untuk menghindari batu karang yang tajam aku melewati daerah yang berpasir belum saja aku melewati batu pemecah ombak aku merasakan sakit yang luar biasa, kaki ku seperti menginjak puluhan jarum kecil rupanya kaki ku menginjak Bulu babi, baru kali ini aku merasakan dahsyatnya terkena hewan laut berduri dan berwarna hitam ini.Sambil menahan sakit aku menuju ke pinggir di belakang batu pemecah ombak di tempat itu banyak sekali aneka bunga karang yang sudah mati,cangkang kerang,umang-umang,serta berbagai jenis siput laut berukuran kecil.

Bunga karang yang sudah mati serta cangkang kerang yang ada di Pulau Onrust
Bermodalkan sisa udang api-api kecil yang sudah mati dan rangkaian pancing hidup dengan timah bulat kecil kulemparkan umpan tidak jauh dari dermaga sebelah kiri lalu joranpun ku letakkan begitu saja didermaga. Pagar setinggi satu meter sekaligus pembatas dermaga yang terbuat dari semen aku duduki sambil mataku sesekali melihat joran kalau-kalau umpanku di sambar oleh ikan.Di dermaga sebelah dalam ada beberapa perahu yang sedang bersandar untuk menunggu penumpang dan ada juga perahu nelayan yang sedang di perbaiki bagian mesinnya,tak jauh dari tempat aku duduk ada perahu kayu tanpa atap di bagian kemudi depan ada papan kayu bertuliskan Baracuda di perahu tersebut ada seorang anak tanggung bertelanjang dada dia sedang mencari-cari sesuatu di perahu,setelah mendapatkan apa yang di carinya dia pun menceburkan diri sambil berpegangan pada sisi perahu dengan cepat dia membersihkan bagian bawah perahu yang kotor oleh lumut.Sementara di samping dermaga berdiri seorang laki-laki berperawakan kurus dengan memakai topi dan kacamata hitam sedang memberikan perintah pada anak tersebut.Tak berapa lama laki-laki itu  duduk disebelahku dan bercerita mengenai perahu dan mesin perahunya yang berkekuatan 45 PK.

KM.Raksasa yang sedang singgah di P. Onrust dan perahu kayu milik abang Daeng
Sebutlah laki-laki pemilik perahu bertuliskan baracuda itu abang Daeng karena dari logat bicaranya aku perkirakan dia berasal dari Suku Bugis Sulawesi Selatan.Ternyata aku salah laki-laki tersebut asli lahir di Jakarta mungkin leluhurnya lah berasal dari Sulawesi,abang Daeng ini tinggal di Kamal muara dan di Pulau Onrust ini dia sedang istirahat setelah mengantar temannya memancing,profesi sebenarnya adalah pengepul ikan dia membeli ikan dari nelayan-nelayan sekitar Pulau Seribu lalu menjualnya kembali di Tempat Pelelangan Ikan diKamal muara.abang Daeng bercerita tentang pulau-pulau di sekitar Pulau Onrust sampai akhirnya dia bercerita tentang Pulau Ubi yang amblas ke laut yang bukan di sebabkan oleh abrasi air laut seperti Pulau Kelor tetapi Pulau Ubi amblas di akibatkan ulah tangan-tangan manusia pada era tahun 80 an yang mengeruk tanah di Pulau Ubi untuk alasan Pembangunan,semoga saja kini tidak ada lagi pulau-pulau di Kepulauan Seribu yang menjadi korban seperti Pulau Ubi yang hanya menyisakan tonggak putih di tengah laut sebagai batu nisannya.

Tiba-tiba saja abang Daeng berteriak"Hey...joran mu di tarik ikan besar tuh"aku pun terkejut melihat joran ku bergerak seperti di tarik sesuatu dengan refleks aku mengambil joran yang ku letakkan di dermaga lalu memutar reel dengan cepat abang Daeng pun membantu ku menarik kenur agar ikan cepat terangkat ikan pun berhasil di angkat ke dermaga"Wah ikan Kakap batu"kata Abang Daeng,aku membawa hasil tangkapanku ke pos peristirahatan dekat menara loket masuk,karena aku kawatir membuka kail didermaga ikan akan terlepas dan loncat ke air,aku begitu gembira mendapatkan ikan Kakap batu pertama ku di Pulau Onrust,dengan susah payah Abang Daeng melepaskan kail yang tertancap di mulut ikan lalu aku mengambil kantong kresek merah dan memasukan ikan Kakap batu berukuran 7 ons itu ke dalamnya.Aku ke dermaga untuk kembali memancing dengan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada Abang Daeng yang sudah membantuku,ku lihat dari dermaga Abang Daeng sedang beristirahat merebahkan tubuhnya di bangku pos peristirahatan yang baru di bangun tersebut.

Ikan Kakap batu pertama ku di Pulau Onrust
Lama umpanku tak di sambar-sambar ikan,ku sudahi saja sesi memancing di dermaga ini aku akan mengelilingi Pulau Onrust karena sudah satu tahun lebih aku tidak berkunjung ke sini,Pulau Onrust kini sedang mempercantik diri dengan merenovasi bagian bangunan-bangunan yang rusak seperti bangunan yang berada di samping musholla dan juga bangunan-bangunan yang lainnya.Usaha ini dilakukan agar Pulau Onrust lebih mempesona dan memberikan kenyamanan bagi para pengunjung.Diperlukan waktu setengah jam untuk mengelilingi sisi Pulau Onrust,sampailah aku di dermaga lagi ku lihat kapal penumpang bernama Raksasa dari Muara angke sedang singgah,mengantar wisatawan lokal untuk sejenak melihat-lihat keindahan Pulau Onrust,di bawah rimbunnya pohon ada dua orang pemancing dari Bekasi salah satunya kusebut saja Uda,mereka memancing di belakang sebelah kanan dermaga semenjak pagi,kulihat Box ikannya berisi aneka jenis ikan kecil-kecil hasil tangkapannya,kami memandangi kapal penumpang  KM.Raksasa yang hendak kembali ke Muara angke,setelah kapal menjauh dari dermaga barulah si Uda dan temannya beranjak pindah ke dermaga untuk memancing,akhirnya aku menyusul mereka walau ada rasa malas untuk kembali memancing lagi.

Di dermaga KM.Raksasa bersiap kembali ke Muara angke
Si Uda dari Bekasi ini memancing di tempat aku mendapatkan ikan Kakap batu, sementara temannya memancing di sampingnya, setengah jam lebih kami menuggu tiba-tiba si Uda berteriak kegirangan"Wey,aku dapat"si Uda pun langsung menggulung Reelnya dengan cepat,ikan Kakap batu berukuran kira-kira 4 ons pun sudah di tangan si Uda.Sore itu kami memancing cuma iseng saja sambil menunggu perahu jemputan dari Kamal yang akan menjemput kami jam 5 sore,umpan rebon pemberian si Uda selalu habis tapi tak ada satu ikan pun yang nyangkut di kailku aku meletakakan joran ku di dermaga sambil berpesan pada teman mancingku untuk menjaga joranku kalau-kalau ditarik oleh ikan,aku menuju sisi kanan Pulau Onrust untuk berenang dan berlatih menahan napas dalam air maklum sudah lama sekali aku tidak berenang di laut,sekitar tiga puluh meter aku berenang ke tengah laut, napasku begitu sesak hampir-hampir aku tidak bisa bernapas dengan sisa tenaga yang ada aku kembali ke pinggir,masih dengan napas yang tersengal-tersengal aku duduk di batu sambil sesekali mengatur napas,setelah di rasa cukup aku kembali berenang lagi tapi kali ini cukup sekitar sepuluh meteran aku berenang berputar-putar,puas rasanya aku bisa melaksanakan keinginanku berenang di Pulau Onrust namun satu kejadian lagi yang membuat aku harus kembali menahan sakit yang sangat luar biasa,aku kembali menginjak bulu babi ketika kaki ku mencari pijakan dipasir dan bebatuan.

Si Uda dari Bekasi in Action
Hari Minggu yang cerah buat si Uda
Jenis bulu babi seperti inilah yang terinjak oleh ku
Pengalaman di Pulau Onrust kali ini sangat berarti buatku,agar aku lebih berhati-hati lagi  bila berenang dilaut dan wajib memperhatikan aspek-aspek keamanan dan keselamatan di laut.Setelah mengeringkan badanku dengan baju aku ke dermaga untuk mengeringkan celana jeans selututku sembari ku pakai, ke dua teman mancingku masih asik dengan jorannya masing-masing, si Uda belum kembali mengangkat ikan,sementara temannya si Uda beberapa kali menarik ikan Samge berukuran kecil.Sore ini kami semua merasakan kegembiraan memancing di Pulau Onrust walau ikan yang ku peroleh hanya satu ekor atau hasil yang kami dapatkan kecil-kecil memancing buatku bukan di nilai dari ukuran atau banyaknya ikan yang kami peroleh,tapi perasaan gembira bisa menikmati dan menghayati arti memancing itu sendiri dan menikmati arti kebersamaan walau tadinya kami belum saling mengenal.Akhirnya kami membenahi peralatan mancing kami masing-masing,karena perahu Darussalam yang akan menjemput kami dari kejauhan sudah terlihat kamipun bersiap-siap untuk pulang ke rumah dengan membawa kenangan serta pengalaman baru memancing di Pulau Onrust,hari Minggu tanggal 11-03-2012 merupakan kejutan buatku,bukan kejutan mendapatkan ikan Kakap batu,tapi kejutan dikedua telapak kaki ku masing-masing mendapatkan tusukan hewan laut bernama Bulu babi.
                                                  
Sisi Pulau Onrust sebelah barat tempat memancing pertamaku saat pagi



Tanggul yang baru di bangun untuk menjaga bangunan yang masih tersisa dari gempuran ombak
Nikmatnya membakar ikan hasil tangkapan,walau ikannya kecil-kecil tapi tetap  Mak...nyooss

Pos peristirahatan yang baru dibangun diharapkan membuat para pengunjung lebih nyaman

Kepulangan kami dengan membawa cerita dan kenangan tersendiri tentang Pulau Onrust







Rabu, 07 Maret 2012

Kepulauan Seribu



Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Lambang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Peta Banten Utara.png
Peta lokasi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Koordinat:
Provinsi DKI Jakarta
Dasar hukum UU No. 22 Tahun 1999
Ibu kota Pulau Pramuka
Pemerintahan
 - Bupati Drs. Burhanuddin,MM
Luas 11,8 km2 
Populasi
 - Total 17.973 jiwa 
 - Kepadatan 1.523,14 jiwa/km2
Demografi
 - Kode area telepon 021
Pembagian administratif
 - Kecamatan 2
 - Kelurahan 6
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah sebuah kabupaten administrasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia. Wilayahnya meliputi gugusan kepulauan di Teluk Jakarta.
Bupatinya saat ini adalah Drs. Burhanuddin,MM, sedangkan Wakil Bupatinya adalah Natsir Sabara, SE., M.Si. Sebelumnya wilayah Kepulauan Seribu merupakan salah satu kecamatan di Kotamadya Jakarta Utara.
Pusat pemerintahan kabupaten ini terletak di Pulau Pramuka yang mulai difungsikan sebagai pusat pemerintahan kabupaten sejak tahun 2003. Terdapat dua Kecamatan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yakni Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan dengan Camatnya Drs. Satriadi Gunawan, M.Si dan Wakil Camatnya Arief Wibowo, S,IP, M.Si Sekcamnya Muh. Yasin Kurniawan P. dan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dengan Camatnya Dr. Edy Junaedi, M.Si.
Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan membawahi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Tidung dengan Lurahnya Mustarom, Kelurahan Pulau Pari, dan Kelurahan Pulau Untung Jawa dengan Lurahnya Eko Suroyo, S.Sos, M.Si. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara membawahi tiga kelurahan juga yaitu Kelurahan Pulau Kelapa dengan Lurah HD Isyanto, Kelurahan Pulau Harapan dengan Lurah M.Ali, dan Kelurahan Pulau Panggang dengan Lurahnya Ismail
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mempunyai jumlah penduduk sebanyak lebih kurang 20.000 jiwa yang tersebar di sebelas pulau-pulau kecil berpenghuni. Kesebelas pulau tersebut di antaranya Pulau Untung Jawa, Pulau Pari, Pulau Lancang, Pulau Tidung Besar, Pulau Tidung Kecil, Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Harapan, Pulau Kelapa, dan Pulau Sebira. Selain pulau-pulau berpenghuni, terdapat pula beberapa pulau yang dijadikan sebagai pulau wisata, seperti Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kotok Besar, Pulau Puteri, Pulau Matahari, Pulau Sepa, dan sebagainya.
Di wilayah kabupaten ini terdapat pula sebuah zona konservasi berupa taman nasional laut bernama Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKS). Sebagai daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan di dalamnya juga terdapat zona konservasi, maka tidaklah mengherankan bilamana pengembangan wilayah kabupaten ini lebih ditekankan pada pengembangan budidaya laut dan pariwisata. Dua sektor ini diharapkan menjadi prime-mover pembangunan masyarakat dan wilayah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

Sumber: Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas  (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Administrasi_Kepulauan_Seribu) 

Minggu, 04 Maret 2012

Fokus

 Sampah, Penyebab Utama Pencemaran di Kepulauan Seribu

Dalam sebuah Seminar Internasional bertajuk “Pengendalian Pencemaran Laut di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu”, terungkap bahwa setiap hari tidak kurang dari 14.000 meter kubik sampah masuk ke kedua wilayah perairan di serambi DKI Jakarta itu.

Akibatnya Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu kini mirip tempat pembuangan sampah. Sumber pencemar di kedua wilayah tersebut, selain berasal dari sampah juga akibat kegiatan pembuangan minyak dari perusahaan pengeboran minyak lepas pantai serta dari kapal-kapal tanker.

Pencemaran ini juga mengakibatkan terancamnya potensi pengembangan pariwisata di Kepulauan Seribu. Saat ini dampaknya juga sudah mulai dirasakan oleh masyarakat yakni terganggunya mata pencaharian lebih dari 22.000 warga Kepulauan Seribu yang selama ini menggantungkan hidupnya dari laut, mangrove, dan terumbu karang. Bahkan sejak tahun 2002 lalu, produksi ikan nelayan di kawasan ini menurun hingga 38 persen.

Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pakar kelautan dari Institut Pertan
ian Bogor (IPB), pencemaran di kedua kawasan perairan itu didominasi polusi dan degradasi ekosistem. Polusi itu antara lain berupa silikat yang mencapai 52.156 ton, fosfat mencapai 6.741 ton, dan nitrogen mencapai 21.260 ton.

Tingginya tingkat pencemaran ini juga telah mengakibatkan terjadinya pengurangan kawasan mangrove dan terumbu karang di kedua perairan tersebut. Untuk wilayah perairan dengan jarak kurang dari 15 kilometer dari pantai, misalnya, terumbu karangnya hanya tersisa kurang dari 5 persen. Sedangkan untuk jarak 15-20 kilometer dari pantai tinggal 5-10 persen, dan pada jarak 20 kilometer tinggal 20-30 persen.


Berdasarkan data dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Bapedal), tingkat pencemaran di Teluk Jakarta hingga Kepulauan Seribu saat ini dalam kondisi sangat kronis. Setidaknya 83 persen dari 13 daerah anak sungai dan sembilan kawasan muara sungai kini masuk dalam kategori tercemar berat.

Akibat banyaknya sampah yang bermuara di Teluk Jakarta ini, kawasan perairan ini sudah ditetapkan ke dalam status eutrofik, atau dapat meledak sewaktu-waktu. Bentuk ledakan ini antara lain adalah munculnya berbagai macam penyakit,kematian massal biota laut,serta berbagai hal yang dapat mengancam dan berimbas langsung kepada masyarakat,seperti banjir.
Sumber :Zona-beritaPulauSeribu.com dan matabumi.com